Realisasi Program Jamban Sehat di Desa Nanebot Diduga Tidak Sesuai RAB

BERITA7 Dilihat

Betun, jurnal-NTT.com – Realisasi Program Jamban Sehat Tahun Anggaran 2018 dan 2019 di Desa Nanebot, Kecamatan Rinhat, Kabupaten Malaka diduga tidak sesuai Rencana Anggaran Biaya (RAB). Program jamban sehat di tahun 2018 mubazir karena bahan bangunan yang dibagi Tim Pengelola Kegiatan (TPK) Desa Nanebot tidak cukup untuk membangun sebuah jamban sehat.

Belum diketahui pagu anggaran dan jumlah jamban sehat yang dianggarkan pada tahun 2018. Namun sesuai data yang diperoleh media ini, Tim Pengelola Kegiatan (TPK) Desa Nanebot hanya membagikan semen dua sak, seng empat lembar dan satu buah closed untuk setiap kepala keluarga penerima manfaat.

Pantauan media ini di rumah Daniel Meak, salah satu warga penerima manfaat jamban sehat, di RT 01, RW, 01, Dusun Tabora, Minggu (30/5/2021), terlihat sebuah lubang telah digali dan dibiarkan begitu saja.

Kepada media ini, Daniel mengatakan, lubang tersebut digali sebagai persiapan untuk pembangunan jamban sehat yang dibiayai dengan Dana Desa tahun anggaran 2018. Namun sampai saat ini, ia belum mendapatkan bantuan berupa seng, semen dan closed untuk pembangunan jamban tersebut.

Selain itu, Wilhelmina Sese, penerima manfaat jamban sehat tahun anggaran 2018 lainnya mengatakan, ia hanya mendapatkan seng empat lembar, semen dua sak dan satu unit closed. Sampai saat ini ia belum bisa membangun jamban sehat karena tidak memiliki uang untuk membeli batako, batu, kayu, pasir dan besi beton serta ongkos tukang.

Selain itu, Primus Klau, warga Dusun Boneoan, yang juga merupakan penerima manfaat jamban sehat tahun 2018 mengaku hanya mendapatkan seng dua lembar, semen dua sak dan satu unit closed.

“Bagaimana kami bisa bangun jamban sehat kalau hanya kasih seng dua lembar, semen dua sak dan satu closed”? Kami tidak punya uang untuk beli batu, pasir, besi beton dan batako dan ongkos tukang,” jelasnya.

Aleksander Antoin, warga RT 02, RW 02, Dusun Tabora, yang ditemui media ini juga mengaku hanya mendapat semen dua sak, seng empat lembar dan satu unit closed. Karena itu, ia tidak bisa membangun jamban sehat.

Martinus Nesi dan Norbertus Timo warga penerima manfaat WC sehat lainnya juga mengaku, hanya menerima seng empat lembar, semen dua sak, satu unit closed serta paku 25 batang. Keduanya mengaku tidak bisa membangun jamban sehat karena tidak memiliki uang untuk membeli bahan bangunan lainnya.

Sementara itu, berdasarkan data yang diperoleh media ini di Desa Nanebot, selain tahun 2018, di tahun 2019, Pemerintah Desa Nanebot kembali menganggarkan dana sebesar Rp 46.590.000 dari Dana Desa untuk pembangunan 10 unit jamban sehat.

Rincian pengunaan anggaran Rp 46.590.000 untuk pembangunan 10 unit jamban sehat itu yakni, pembayaran 30 Hari Orang Kerja (HOK) untuk tukang dengan rincian per hari Rp.70.000 per orang. Total biaya HOK untuk tukang Rp 2.100.000.

HOK untuk pekerja, 50 HOK dengan rincian per hari Rp 60.000 per orang. Total biaya HOK untuk pekerja adalah Rp 3.000.000 untuk 10 unit jamban sehat.

Selain itu, batu kali 10 m3, harga satuan Rp 150.000, total 1.500.000 untuk 10 unit.

Pasir pasang, 15 m3, harga satuan Rp 150.000, total Rp 2.250.000 untuk 10 unit jamban sehat.

Besi Beton 10 mm sebanyak 30 staf, harga satuan Rp 90.000, total Rp 2.700.000. Besi beton 6 mm sebanyak 10 staf, harga satuan Rp 55.000. Total Rp 550.000 untuk 10 unit jamban sehat.

Kawat ikat sebanyak 7 kilo gram, harga satuan Rp 30.000, total Rp 210.000 untuk 10 unit jamban sehat.

Paku 7 centi meter sebanyak 10 kilo gram, harga satuan Rp 20.000. Total Rp 200.000 untuk 10 unit jamban sehat.

Paku seng sebanyak 15 kilo gram, harga satuan Rp 42.000. Total Rp 630.000 untuk 10 unit jamban sehat.

Paku 10 cm sebanyak 15 kilo gram, harga satuan Rp 20.000. Total Rp 300.000 untuk 10 unit jamban sehat.

Kayu ukuran 5/10 sebanyak 1 m3, harga satuan Rp 1.840.000. Total 1.840.000 untuk 10 unit jamban sehat.

Semen 100 sak, harga satuan Rp 53.000. Total 5.300.000 untuk 10 unit jamban sehat untuk 10 unit jamban sehat.

Batako sebanyak 3.000 buah, harga satuan Rp 4000. Total Rp 12.000 untuk 10 unit jamban sehat.

Kosen pintu sebanyak 10 buah, harga satuan Rp 223.000. Total Rp 2.230.000 untuk 10 unit jamban sehat. Daun pintu Rp 10 buah, harga satuan Rp 450.000. Total 4.500.000 untuk 10 unit jamban sehat.

Seng gelombang 0.20 sebanyak 65 lembar, harga satuan Rp 52.000. Total Rp 3.380.000 untuk 10 unit jamban sehat.

Closed jongkok sebanyak 10 buah, dengan harga satuan Rp 220.000. Total 2.200.000 untuk 10 unit jamban sehat.

Pipa hawa sebanyak 10 buah, dengan harga satuan Rp 60.000. Total Rp 600.000 untuk 10 unit jamban sehat.

Pipa PVC 4″ sebanyak 10 buah, harga satuan Rp 85.000. Total Rp 850.000 untuk 10 unit.

Knee PVC 4″ sebanyak 10 buah, harga satuan Rp 25.000. Total Rp 250.000 untuk 10 unit jamban sehat.

Total anggaran untuk pembangunan 10 unit jamban sehat bagi masyarakat Desa Nanebot adalah Rp 46.590.000.

Sementara itu, salah satu penerima manfaat program Jamban Sehat tahun anggaran 2019 di Desa Nanebot yang enggan disebutkan namanya mengaku hanya mendapat seng sebanyak 6 lembar, paku seng 1 kilo gram, batako 200 buah, semen 10 sak, besi beton 6 staf, closed 1 buah dan pipa paralon 2 meter 1 batang.

Sementara bahan bangunan lainnya seperti batu kali, pasir pasang, HOK tukang, HOK pekerja, kosen pintu, daun pintu, pipa hawa, knee PVC 4″, kayu, kawat ikat, besi beton 10 mm, paku seng, paku 7 cm, paku 10 cm tidak dibagikan oleh TPK.

Kepala Desa Nanebot, Metriana Hoar Seran, yang dimintai tanggapannya di kantor Desa Nanebot, saat rapat klarifikasi bersama masyarakat terkait program jamban sehat tahun anggaran 2018 dan 2019 tersebut mengaku tidak tahu soal pagu anggaran dan realisasi untuk pembangunan jamban sehat dua tahun anggaran tersebut. Metriana beralasan, saat ini dirinya tidak menyimpan dokumen APBDes tahun anggaran 2018 dan 2019.

Dalam rapat klarifikais tersebut, Metriana malah mempersalahkan masyarakat penerima manfaat karena tidak meminta tambahan bahan bangunan dari dirinya selaku kepala desa.

“Seharunya kalau bahan tidak cukup, datang ke saya. Jangan kamu (penerima manfaat) diam-diam saja”, ujarnya.

Ketua Tim Pengelola Kegiatan (TPK) Desa Nanebot, Nikodemus Kiibo, belum berhasil dikonfirmasi terkait program jamban sehat tersebut. (epy)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *