Pasokan Ayam Beku Kuasai Dapur MBG, Peternak Lokal Jadi Penonton

Mario Usboko

KEFAMENANU, JURNAL NTT – Badan Gizi Nasional (BGN) menyoroti penyebab kasus keracunan massal yang menimpa banyaknya korban di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) akhir- akhir ini.

Salah satu faktor yang diduga kuat menjadi pemicu adalah penggunaan ayam yang tidak dalam kondisi segar.

Hasil sementara menunjukkan adanya dugaan kuat bahwa bahan makanan, khususnya ayam kebayakan diambil dari luar Provinsi NTT.

Kondisi ini berpotensi terjadi di setiap daerah jika pengelola dapur MBG masih mengandalkan daging ayam beku dari luar NTT untuk memenuhi kebutuhan makan bergizi di seluruh daerah di NTT tak terkecuali Kabupaten TTU.

Berdasarkan penelusuran JurnalNTT, ditengarai umumnya dapur MBG lebih memilih pasokan ayam beku dari luar NTT, ketimbang memanfaatkan populasi ayam dari kelompok peternak lokal.

Hal ini selain memudahkan pengelola karena kondisi ayam diterima dalam keadaan bersih, tapi manfaat besar lainnya adalah harga yang relatif murah.

Diduga faktor harga tersebutlah yang membuat pengelola MBG berbondong-bondong memasok ayam dalam jumlah banyak dari luar NTT dan mengabaikan peternak lokal.

Padahal, pasokan ayam beku dari luar NTT diketahui telah diawetkan hingga berbulan-bulan dan otomatis akan berdampak pada gizi anak-anak.

“Program MBG manfaatnya untuk UMKM lokal tido begitu terasa, karena hampir semua item didatangkan dari pulau Jawa. Dari susu, telur, ayam beku, bahkan buah-buahan. Memang untuk susu wajar. Tapi untuk telur dan ayam jika harus didatangkan dari luar NTT, maka perputaran uang hanya masuk ke kantong pengelola dapur MBG dan kembali ke Jawa,” ujar seorang peternak lokal, Marsel, Kamis (2/10/2025).

Padahal, lanjut Marsel, di setiap daerah, terdapat banyak kelompok peternak lokal yang membudidayakan ayam petelur dan pedaging untuk mendukung program MBG.

Ia menyayangkan sikap pengelola dapur MBG yang terkesan mengejar keuntungan semata tanpa memperhatikan harapan Presiden Prabowo .

“Presiden mengharapkan dampak dari MBG bisa memberikan dampak ekonomi bagi kelompok Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di setiap daerah, selain untuk kebutuhan makan dan gizi anak-anak,” pungkasnya.

Ia berharap Bupati TTU dan Wakil Bupati TTU dapat mengingatkan pengelola MBG di TTU agar memprioritaskan pasokan dari peternak lokal dalam program Makan Bergizi Gratis.

Hal ini bertujuan mendukung UMKM dan ekonomi lokal, meningkatkan kesejahteraan peternak lokal dan mengurangi ketergantungan pada pasokan dari luar daerah, serta meningkatkan kualitas dan kesegaran produk dalam memberikan gizi kepada anak-anak.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *