Dosen FKIP UCB Berkolaborasi Gelar Lokakarya “Dari Kampus Untuk Desa” di Desa Lakat

BERITA, Pendidikan1 Dilihat

Soe,jurnal-NTT.com – Para dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Citra Bangsa (FKIP UCB) Kupang berkolaborasi menggelar lokakarya (workshop) sehari bertajuk “Dari Kampus untuk Desa”.

Kegiatan ini dilaksanakan di SDN Lakat, Desa Lakat, Kuatnana, TTS, NTT, pada Sabtu (26/2/2022). Kegiatan ini dihadiri para guru dan orangtua siswa.

Pada kesempatan itu, Femberianus S. Tanggur, S.Pd., M.Pd menjelaskan kegiatan lokakarya sehari yang digelar itu merupakan kerja sama tiga program studi yang bernaung di bawah FKIP UCB, yaitu Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Pendidikan Bahasa Inggris (PBI), dan Pendidikan Informatika (PI).

Kegiatan itu terlaksana sebagai bagian dari rangkaian kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) mahasiswa UCB di Desa Lakat.

“Kegiatan lokakarya ini merupakan salah satu manifestasi tugas kami sebagai dosen di bidang pengabdian kepada masyarakat (PKM). Kami dengan senang hati membagikan sedikit pengetahuan yang kami miliki kepada Bapak/Ibu guru dan orangtua siswa yang hadir pada kegiatan ini. Materi yang disampaikan para dosen akan sangat bermanfaat,” ucap dosen PGSD UCB ini.

Saat memaparkan materinya bertajuk “Strategi Bimbingan Anak Belajar di Rumah”, Febri, begitu ia karib disapa, mengatakan keberhasilan seorang anak didik tak hanya ditentukan oleh guru semata, tetapi juga orangtua, sehingga peran orangtua dalam membimbing anak-anak di rumah sangatlah diperlukan.

“Saat ini, kita tengah ada di masa pandemi, sehingga sebagian besar pendampingan belajar anak di rumah dilakukan oleh orangtua. Orangtua mesti memastikan anak belajar dengan aman dan nyaman. Harus selalu menyemangati anak-anak dan mengawasi anak-anak dalam mengkases internet, sehingga tidak ada penyalahgunaan,” beber alumnus Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Undana ini.

Dikatakan Febri, orangtua mesti menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak-anak di rumah, menumbuhkan budi pekerti, dan mempererat hubungan orangtua dengan anak-anak dan guru, sehingga bisa tercapailah cita-cita anak.
Pelatihan RPP Tematik

Pada kesempatan yang sama, Vera Rosalina Bulu, S.Pd., M.Pd, tampil dengan materinya bertajuk “Pelatihan Perancanngan RPP Tematik bagi Guru-guru SD Inpres Lakat”. Vera, begitu ia akrab disapa, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tematik merupakan rencana pembelajaran yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar (KD) dan tujuan pembelajaran dengan menggabungkan beberapa mata pelajaran ke dalam satu tema.

“Pada umumnya, RPP mata pelajaran dan RPP tematik itu sama. Yang berbeda adalah terdapat pada identitas mata pelajaran dan yang penting adalah memperlihatkan keterkaitan rumusan komponen dengan tema yang ditetapkan, misalnya bahasa Indonesia dan IPS bisa digabungkan bila mempunyai tema yang sama,” terang lulusan Magister Pendidikan Matematika Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo ini.

Disebutkan Vera, ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan RPP tematik di antaranya mengkaji silabus tematik, mengidentifikasi materi pembelajaran, menentukan tujuan, mengembangkan kegiatan pembelajaran, menjabarkan jenis penilaian, menentukan alokasi waktu, serta menentukan sumber belajar.

Sosialisasi Uab Meto lewat Medsos
Pada bagian lain, Diana A.Y. Fallo, S.Kom., M.T dan Viktorius P. Feka berbicara tentang pemertahanan Uab Meto—bahasa lokal etnik Atoni Pah Meto di Pulau Timor dengan materi bertajuk “Menatang Uab Meto Menantang Globalisasi”. Diana, begitu ia akrab disapa, mengatakan pemanfaatan media sosial (medsos) di era digital saat ini bisa menolong untuk mempertahankan Uab Meto (bahasa daerah Atoni Pah Meto) di tengah arus globalisasi.

“Di era digital ini, kita bisa manfaatkan medsos, seperti facebook, instagram, whatsapp, telegram, blogspot, dan lainnya untuk memasyarakatkan Uab Meto. Setiap kita bisa menulis status, misalnya, dengan Uab Meto beserta subtitle-nya dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris, sehingga bisa dikenal masyarakat luas,” kata dosen Pendidikan Informatika UCB ini.

Viktorius P. Feka menambahkan hal sederhana untuk melestarikan Uab Meto adalah menggunakan bahasa itu mulai dari lingkungan keluarga hingga lingkungan pemerintahan. Uab Meto bisa dijadikan bahasa pengantar di lingkungan pendidikan, pemerintahan, maupun keagamaan.

“Di lingkungan sekolah, misalnya, para guru bisa menggunakan Uab Meto dalam menjelaskan materi kepada anak-anak didik. Bila perlu, anak-anak bisa dilatih untuk membuat cerita berbahasa Uab Meto, lalu diterjemahkan ke bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Selain ini, pemerintah desa dan pemerintah daerah setempat juga mesti berperan dalam menggunakan Uab Meto dalam pelbagai komunikasi,” kata Viki, begitu ia akrab dipanggil, yang saat ini mengabdi di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris UCB ini.
Sementara itu, Kepala Sekolah SD Inpres Lakat Soni Suryati Bansae, S.Pd menyampaikan rasa terima kasihnya kepada FKIP UCB yang telah berbagi ilmu pengetahuan kepada para guru dan orangtua di Desa Lakat.

“Terima kasih kami ucapkan kepada para dosen yang telah memberikan pengetahuan baru kepada kami. Kegiatan ini sungguh membuka wawasan kami dalam membimbing anak-anak didik, mengembangkan RPP tematik, bahkan dalam menjaga bahasa daerah kami, Uab Meto. Kegiatan ini belum pernah dilakukan kampus lain, sehingga kami sangat bersyukur dikunjungi UCB. Sekiranya, ada lagi kegiatan lain di waktu mendatang,” harap Soni yang baru lima bulan dilantik menjadi kepala sekolah di SD Inpres Lakat ini. (tim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *