Pemkab Malaka Diminta Gunakan Dana Tanggap Darurat untuk Atasi Kondisi Rawan Pangan di Desa Nanebot dan Desa Alala

Malaka, jurnal-NTT com – Pemerintah Kabupaten Malaka, Provinsi NTT diminta agar segera menggunakan dana tanggap darurat bencana untuk menyikapi kondisi rawan pangan yang sedang terjadi di Desa Alala dan Desa Nanebot dan Desa Nanin, Kecamatan Rinhat.

Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Malaka, Henry Melky Simu yang dimintai tanggapannya atas kondisi rawan pangan yang terjadi, Selasa (30/01/2024), meminta Bupati Malaka dan Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Malaka agar segera melihat secara dekat persoalan rawan pangan yang sedang dialami masyarakat terutama di Desa Alala, Desa Nanebot, Desa Nanin dan beberapa desa tetangga lainnya di Kecamatan Rinhat, Kabupaten Malaka.

Menurut politisi Golkar ini, pemerintah harus ikut bertanggung jawab atas kelangkaan pangan yang terjadi di Kabupaten Malaka dengan segera menggelar pasar murah agar persoalan kelaparan hebat di Desa Nanebot, Desa Alala dan Desa Nanin serta beberapa desa lainnya bisa sedikit teratasi.

Selain pasar murah, Henry Simu meminta Bupati Malaka agar dapat menggunakan dana tanggap darurat bencana untuk mengatasi rawan pangan di beberapa desa tersebut.

“Untuk saat ini masyarakat mengalami kelaparan yang hebat. Hampir di semua desa mengalami kelaparan. Pemerintah harus segera mengadakan lagi pasar murah agar kelaparan bisa sedikit teratasi. Kalau bisa gunakan dana tanggap bencana untuk mengatasi rawan pangan di desa Nanebot dan Alala itu”, pintanya.

Ia meminta Bupati Malaka agar tidak hanya menerima laporan “asal bapak senang” dari bawahannya terkait swasembada pangan di Kabupaten Malaka. Sebab menurutnya swasembada pangan yang digaungkan pemerintahan Bupati Simon Nahak itu tidak sesuai kenyataan di masyarakat.

“Bupati dan dinas ketahanan pangan hrs turun ke desa-desa untuk lihat secara baik kondisi masyarakat di desa. Jangan cuma terima laporan “Asal Bapa Senang” saja. Jangan seperti tahun lalu, Pemerintah Kabupaten Malaka ke jakarta untuk terima penghargaan swasembada pangan pulang kembali ke malaka langsung buat pasar murah.

Pikiran saya, kalau kita swasembada pangan kenapa kita harus buat pasar murah? Logikanya kita buat pasar murah karena kita kekurangan pangan. Bupati, dalam hal ini dinas ketahanan pangan dan dinas pertanian harus ikut bertanggung jawab atas kejadian (rawan pangan) yang terjadi di Desa Alala dan Desa Nanebot. Karena selama ini mereka (Pemkab Malaka) sering berkoar-koar tentang keberhasilan dalam hal swasembada pangan”, tandanya.

Hendry Simu memperkirakan kondisi rawan pangan yang terjadi saat ini akan berlangsung sampai bulan April 2024 yang akan datang.

Diberitakan sebelumnya, Kondisi rawan pangan yang terjadi di Desa Alala, Kecamatan Rinhat, Kabupaten Malaka, Provinsi NTT, memaksa sebagian warga harus makan sagu.

Petrus Manone, warga Desa Alala yang ditemui media ini, Rabu (25/01/2024), mengaku harus makan sagu karena sudah kehabisan stok makanan berupa hasil panen jagung di musim tanam tahun 2023.

Ia juga mengaku, harus memakan sagu karena tidak mampu membeli beras karena harga beras sangat mahal yakni Rp 16.000 per kilo gram.

Petrus mengatakan, ia bersama sang istri dan anak-anaknya harus berusaha keras menebang pohon sagu untuk dikeringkan dan diolah menjadi makanan sehari-hari.

“Kalau tidak makan sagu terus kami mau makan apa. Jagung sudah habis. Mau beli beras tapi kami tidak punya uang. Apalagi saat ini harga beras sangat mahal”, jelasnya.

Petrus yang saat ditemui media ini sedang dalam kondisi sakit, mengaku pasrah dengan kondisi rawan pangan yang mereka alami saat ini.

“Kami pasrah dengan keadaan saat ini. Kami tidak tahu harus berbuat apa. Walaupun saya sakit tapi saya harus tetap bekerja untuk mencari makanan”, ungkapnya.

Senada dengan Petrus Manone, Martinus Klau, warga Desa Nanebot juga mengaku harus menjadikan sagu sebagai makanan sehari-hari.

“Sekarang ini kami harus makan sagu. Karena stok jagung sudah habis. Mau beli beras tapi uang tidak ada. Jadi terpaksa makan sagu,” ungkapnya.

Menurutnya, kondisi rawan pangan di Desa Nanebot tidak hanya dialami oleh keluarganya. Namun kondisi rawan pangan ini dialami juga oleh sebagian besar warga Desa Nanebot.

Martinus berharap, Pemerintah Kabupaten Malaka, bisa memperhatikan kondisi rawan pangan yang terjadi di Desa Nanebot.

Pantauan media ini, Rabu (24/01/2024), Petrus Manone bersama sang isteri sibuk menjemur lempengan sagu untuk selanjutnya diolah sebagai makan sehari-hari. (tim)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *