Program Matching Fund UB-Undana Latih Petani Buat Pupuk Organik Padat dan Cair

Oelamasi, jurnal-NTT.com – Melalui program Matching Fund 2023, Universitas Brawijaya (UB) dan Universitas Nusa Cendana (Undana) memberikan pelatihan pembuatan pupuk organik padat dan cair kepada petani. Pelatihan pembuatan pupuk organik padat dan cair tersebut dilaksanakan selama dua hari yakni tanggal 28-29 Agustus 2023 bertempat di Kampung Daun, Desa Baumata, Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Pantauan jurnal-NTT.com, sebelum pelatihan dimulai, petani dibekali terlebih dahulu dengan materi tentang pembuatan pupuk organik cair dan padat oleh pakar ekonomi pertanian Fakultas Pertanian Undana, Prof.Dr.Ir.Roy Doppy Nendissa, MP dan Dr. Ir. Zainal Arifin, MP

Setelah pemberian materi, kegiatan dilanjutkan dengan praktik pembuatan pupuk organik padat dan cair yang dipimpin langsung oleh Prof. Roy dan Dr.Rizal.

Terlihat para petani yang hadir sangat antusias mengikuti pelatihan pembuatan pupuk organik tersebut.

Kepada media ini, Prof.Roy Doppy Nendissa mengatakan, program Matching Fund 2023 ini memilih pelatihan pengolahan pupuk organik sebagai salah satu program untuk mendukung program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) yang dicanangkan Pemerintah Provinsi NTT. Sebab selama ini petani di Provinsi NTT masih mengandalkan pupuk kimia yang berasal dari luar daerah.

Distribusi pupuk kimia ke Provinsi NTT juga sering mengalami berbagai kendala termasuk biaya transportasi yang cukup tinggi. Sebab itu menurut Prof Roy, pupuk organik bisa menjadi solusi bagi petani yang sulit mendapatkan pupuk kimia karena selain mahal, pupuk kimia juga sering langka dan terlambat didistribusi kepada petani.

“Pupuk kimia itu selain mahal ketepatan waktu hadir di petani sering terlambat karena pengangkutan dan distribusi yang terhambat sehingga kebutuhan tanaman sudah lewat. Sehingga tidak banyak bermanfaat”, jelas Prof Roy.

Menurutnya, pupuk organik cukup ekonomis karena dapat diolah atau difermentasi dari kotoran hewan dan material berupa dedaunan dari tanaman hijau yang tumbuh di lingkungan sekitar kita seperti batang pisang, daun bunga putih, daun gamal daun marungga, jerami, dedak dan hijauan lainnya.

Manfaat pupuk organik, lanjut Prof Roy, tidak hanya untuk meningkatkan produktivitas tanaman namun pupuk organik juga bisa menjadi solusi untuk menjaga keberlanjutan ekosistem lingkungan di bidang pertanian.

Pupuk organik juga kata Prof Roy, dapat memotong mata rantai berbagai penyakit atau hama yang sering menyerang tanaman. Dan yang lebih penting lagi adalah tanaman yang dipupuk menggunakan pupuk organik akan lebih sehat dikonsumsi oleh manusia. Sementara pupuk kimia tidak efektif untuk kesehatan tanaman dan tanah serta keberlanjutan ekosistem lingkungan pertanian dalam jangka panjang.

Kegiatan pelatihan pembuatan pupuk organik tersebut dilaksanakan di Perkebunan Kampung Daun, Desa Baumata karena menurut Prof Roy, perkebunan Kampung Daun selalu menggunakan pupuk organik sebagai nutrisi untuk tanaman. Karena itu, perkebunan Kampung Daun merupakan tempat yang representatif dan menjadi contoh bagi petani bahwa penggunaan pupuk organik padat dan cair sangat efektif untuk kesehatan tanaman.

Menurutnya, limbah air dari hasil pemeliharaan ikan di Kampung Daun merupakan salah satu bahan yang sangat bermanfaat untuk pembuatan pupuk organik cair. Sebab terdapat banyak sekali kandungan nitrogen dalam air dari limbah ikan tersebut.

Sementara itu, pemateri lainnya, Dr.Ir.Rizal Arifin, MP membawakan materi tentang gerakan membangun pertanian dengan organik untuk peningkatan produksi sekaligus terkait ketahanan pangan di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Menurut Dr. Rizal, penggunaan pupuk kimia dapat meningkatkan produksi. Meskipun dapat meningkatkan produksi setiap tahun namun ada dampak negatif yakni terjadinya kejenuhan tanah. Kondisi ini menurut Dr. Rizal dapat meningkatkan biaya produksi melampaui produksi yang akan dicapai.

Pupuk organik menurutnya, dapat meningkatkan kesehatan tanaman ketimbang pupuk kimia. Karena itu Dr. Rizal mendorong petani agar menggunakan pupuk organik.

Dr. Rizal mencontohkan perkebunan Kampung Daun miliknya. Perkebunan Kampung Duan tersebut merupakan salah satu bentuk pertanian organik terpadu.

“Jadi disini kita tidak hanya pelihara ikan tapi kita buat pabrik pupuk. Kita kasih makanan untuk ikan dan limbahnya itu bisa menyuburkan berbagai tanaman hortikultura seperti sayuran, buah-buahan dan tanaman hias”, pungkas.

Program ini juga diikuti oleh mahasiswa MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) kolaborasi antara mahasiswa Universitas Brawijaya dengan Universitas Nusa Cendana .

Untuk diketahui dalam program Matching Fund tersebut juga dilakukan pengembangan jagung hibrida Nusa 01 Universitas Brawijaya ini menjadi bagian penting dari upaya akselerasi dan perluasan hilirisasi teknologi dalam Program Matching Fund. Berbagai teknologi yang dihilirisasi oleh tim MF UB-UNDANA termasuk Teknologi Penangkaran Benih Jagung Unggul Hibrida UB (TPB), Teknologi Budidaya Jagung Efisien Ramah Lingkungan dan Pascapanen (TBP), Teknologi Pupuk Organik (TPO), Teknologi Pakan Ternak (TPT), dan Teknologi Digitalisasi Ekosistem (TDE) pada program TJPS.

Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk mencapai kemandirian benih jagung dan efisiensi saprodi khususnya pupuk, serta teknologi informasi yang mendukung akselerasi program TJPS-PK. Pulau Timor dipilih sebagai sentra benih jagung unggul yang akan berkontribusi pada kemandirian pangan dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di seluruh wilayah NTT.

Kolaborasi antara UB, UNDANA, Pemprov NTT, dan Pemda Kabupaten Kupang bertujuan untuk penguatan ekosistem hulu-hilir program TJPS melalui hilirisasi teknologi produksi benih jagung hibrida UB, pupuk organik, pakan ternak, dan digitalisasi sistem informasi agar target TJPS dapat tercapai tepat waktu.

Respon peserta, termasuk Pemprov NTT dan Pemda Kabupaten Kupang, sangat positif terhadap upaya hilirisasi teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida UB, Teknologi Pascapanen, dan Digitalisasi Ekosistem TJPS-PK oleh tim Matching Fund dan Mahasiswa Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dari Universitas Brawijaya dan Universitas Nusa Cendana.

Kegiatan pelatihan pembuatan pupuk organik padat dan cair itu juga dihadiri Kepala Bidang TPH KP Dinas Pertanian Provinsi NTT, Nikson M. Balukh, SP. M.Si.(epy)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *