Mbay, jurnal-NTT.com – Universitas Brawijaya Malang dan Universitas Nusa Cendana Kupang bekerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP4D) serta Dinas Pertanian Kabupaten Nagekeo, Provinsi NTT pdalam kegiatan pelatihan dan penyuluhan pembuatan dan penggunaan pupuk organik di Mbay, Nagekeo, Rabu (08/05/2024).
Kegiatan pelatihan dan penyuluhan pembuatan dan penggunaan pupuk organik tersebut dilaksanakan melalui Program Dana Padanan Kemenristek Dikti di Ibu kota Mbay Nagekeo.
Dalam materinya, Pakar Pertanian Universitas Brawijaya, Prof. Dr. Ir. Nur Hidayat, MP, mengatakan, dalam upaya untuk mendorong pertanian berkelanjutan dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, para peneliti dan petani di Indonesia kini semakin mengembangkan pembuatan pupuk organik dengan menggunakan biomassa.
Menurut Prof Nur Hidayat, Biomassa, yang terdiri dari bahan-bahan organik seperti limbah pertanian, sampah organik, dan sisa-sisa tanaman, dapat diolah menjadi pupuk organik yang kaya akan nutrisi bagi tanaman.
Ia mengatakan, dalam penggunaan pupuk organik dari biomassa lokal juga memberikan manfaat ekonomi bagi petani. Dengan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang mahal, petani dapat menghemat biaya produksi dan meningkatkan keuntungan mereka.
Program pelatihan dan penyuluhan tersebut lanjutnya, dilaksanakan untuk membantu petani mengadopsi teknologi dan mengoptimalkan hasil panen mereka. Pembuatan pupuk organik merupakan alternatif yang dapat dilakukan yakni mengubah limbah pertanian menjadi pupuk organik berkualitas tinggi.
Ia menjelaskan, proses pembuatan pupuk organik ini melibatkan pengumpulan biomassa, pengomposan, dan pengolahan lanjutan untuk menghasilkan pupuk yang kaya akan nitrogen, fosfor, dan kalium, yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman.
Menurutnya, dalam penggunaan pupuk organik dari biomassa lokal juga memberikan manfaat ekonomi bagi petani. Dengan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang mahal, petani dapat menghemat biaya produksi dan meningkatkan keuntungan mereka. Program pelatihan dan penyuluhan juga telah dilaksanakan untuk membantu petani mengadopsi teknologi ini dan mengoptimalkan hasil panen mereka.
Kegiatan pelatihan dan penyuluhan tersebut melibatkan mahasiswa MBKM Universitas Brawijaya serta masyarakat Sekunder 2 Marapokot, Ibukota Mbay Nagekeo. Mahasiswa dan masyarakat melakukan kegiatan pembuatan pupuk organik.
Pembuatan pupuk organik dari biomassa ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia untuk mengadopsi praktik pertanian berkelanjutan.
Prof Nur Hidayat berharap, pertanian organik dapat semakin berkembang dan memberikan dampak positif bagi lingkungan dan kesejahteraan petani. Pembuatan pupuk organik dari biomassa adalah langkah penting menuju masa depan pertanian yang lebih hijau dan berkelanjutan.