Kupang,jurnal-NTT.com – Kasus kematian babi akibat virus African Swine Fever (ASF) di Kabupaten Kupang sudah nol kasus. Karena itu masyarakat sudah bisa konsumsi daging babi.
Demikian disampaikan Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Kupang, Lecky Matte, kepada media ini Rabu (12/04/2023).
Menurut Lecky, sejak awal bulan Maret 2023 yang lalu, tidak ada lagi laporan masyarakat dan petugas Dinas Peternakan Kabupaten Kupang tentang adanya kasus kematian babi akibat virus ASF.
Sebab itu masyarakat Kabupaten Kupang sudah bisa konsumsi kembali daging babi. Sebab wabah virus ASF pada ternak babi di Kabupaten Kupang sudah nol kasus.
“Masyarakat sudah bisa konsumsi daging babi. Untuk daging sudah aman. Tidak perlu kwatir lagi”, jelasnya.
Menurutnya, wabah virus ASF mulai terdeteksi pertama kali pada tanggal 12 Januari 2023. Saat itu, virus ASF sudah mewabah di Kota Kupang. Beberapa hari setelah itu, Dinas Peternakan Kabupaten Kupang mulai melakukan pengambilan sampel darah pada babi di Kecamatan Kupang Timur dan Kupang Tengah.
Hasil pemeriksaan sampel darah tersebut ditemukan bahwa beberapa ekor babi di Kecamatan Kupang Timur positif terserang virus ASF. Sementara hasil pemeriksaan sampel darah pada babi di Kecamatan Kupang Tengah negatif ASF.
Dalam pemeriksaan sampel darah pada babi di sembilan kecamatan diantaranya Kecamatan Kupang Timur, Kupang Tengah, Amarasi, Semau, Takari dan Nekamese ditemukan 14 kasus Virus ASF.
Setelah menemukan 14 kasus virus ASF pada babi di beberapa kecamatan tersebut, lanjut Lecky, Dinas Peternakan Kabupaten Kupang langsung melakukan penanganan.
Langkah penanganan yang dilakukan Dinas Peternakan Kabupaten Kupang adalah membagikan disinfektan kepada peternak. Selain itu memberikan edukasi kepada peternak babi agar selalu menjaga kebersihan kandang, menghindari orang berkunjung ke kandang dan tidak boleh menggabungkan babi yang sakit dengan babi yang sehat.
“Tentu kandang harus selalu bersih. Hindari orang asing berkunjung ke kandang dan harus disemprot dengan disinfektan. Karena virus ini tidak ada obatnya”, jelas Lecky.
Ia mengatakan, selama periode bulan Januari sampai April 2023 angka kematian babi akibat virus ASF mencapai 78 ekor yang tersebar di sembilan kecamatan. Dari 78 ekor yang mati tersebut, terdapat 10 ekor babi dengan umur diatas satu tahun dan sisanya dibawah satu tahun.
Dari 78 kasus kematian babi tersebut, tidak semuanya diakibatkan karena virus ASF. Sebab sesuai pemeriksaan sampel darah pada babi yabg sakit, ditemukan juga penyakit lain seperti hog cholera.
“Antara hog cholera dan virus ASF ini beda tipis. Kita sulit memastikan virus ASF dan hog cholera karena ciri-ciri sama seperti tidak makan, ada bintik merah, keluar pendarahan. Hanya bisa pastikan melalui pengambilan darah”, pungkasnya. (epy)